Sunday, October 31, 2004

PURNAMA RAMADHAN

sebagai gelisah disampaikannya
pada pokok flamboyan
sudut taman
:
malam terlalu cepat pergi
sedang rinduku, duhai langit ramadhan,
belum lagi tunai
terobati

oktober 2004
indah ip

Sunday, August 08, 2004

HILANG CAHAYA
(buatku, mu, kita, yang lupa -atau purapura lupa- bahwa merkuri, logam berat atau ampas entah apa tak pernah secara ajaib mencumbu sungaisungai pun laut atas kehendak sendiri)

ketika gelap
aku bertanya-tanya apakah kita mulai kehilangan cahaya
mata kita perlahan kehabisan warna
apa yang kita cari di antara terik pedih itu ?

indah ip
8 agustus 2004
20.12

Friday, August 06, 2004

TELUK BUYAT, O!
: andini

mungkin ini waktu yang tepat
buat kami
belajar mencinta
tak cuma dengan mata dan telinga
tapi juga hati

belajar memberi
tak cuma dengan ratap dan tanya
tapi juga tindak nyata

akhirnya, andini
kepergian selalu jadi waktu yang tepat
untuk belajar mencinta
dengan dewasa

indah ip
6 agustus 2004
15.00

Tuesday, July 27, 2004

PESAN IBU

sayangi nasi yang berserak di luar piringmu, nak, walau sedikit
jangan biarkan basi di atas meja
pun tersia-sia dalam selokan belakang rumah

sebab bukan oleh tangan kita setiap butirnya besar dan matang

melainkan oleh keringat dan cinta pak tani sejak bibit hingga panen
sebab juga oleh cucur air mata setiap butirnya hidup dan bertahan
ketika datang musim penghujan dan banjir bandang meluas lahan

indah ip
28 july 2004
8.52



Sunday, March 21, 2004

SENJA

aku mencintai senja yang jatuh
di antara siluet beton-beton vertikal
bayang dedaun saga tepi trotoar
wajah-wajah penat penumpang bis kota
asap hitam dan deru knalpot yang tak henti bersuara

aku mencintai senja yang jatuh
di antara debar jantung merindu pulang
senja yang senantiasa menawarkan pagi
harapan untuk segera datang lagi
esok hari

indah ip
19 febr 04



SELENGKUNG SABIT

satu petang selengkung sabit bercerita tentang kota sangat jauh yang tak pernah tidur
warganya menghambur hingga sudut-sudut

biasanya sang sabit tak kenal sepi
sebab selalu ada mimpi yang minta disinggahi
lengkungnya bertambah cerah dan lebar sampai pagi

tapi kali itu di atas trotoar sang sabit termenung
di balik bayang gedung menjulang dan rimbun pepohon dilihatnya
seorang ibu resah
tak mampu hangatkan tubuh gigil anaknya yang kurus menahan lapar

inilah kali pertama lengkung sabit itu demikian sedih dan putus asa
merasa tak sanggup berbuat apa-apa
hingga membiarkan dirinya berangsur-angsur pucat dan tenggelam
di telan awan
dan redup angkasa

indah ip
25 februari 2004
9.05 am

Tuesday, January 27, 2004

KLIK!

sebutir jawab
di tepi sajadahku
: kau

09 jan 04
19.30 pm