Tuesday, December 16, 2008

SEBAGAI KALUNG KACA TERSANGKUT DI SARANG LABA-LABA SEHABIS GERIMIS
:buruli (pulung amoria kencana)



kenangan yang pernah kita punya begitu manis
dipertemukan musim yang tak selalu sama
dilukis alam dengan keindahan berbeda setiap ada

jumpa dan pergi biasa kita percayakan pada senyum dan pelukan
bukan lambai perpisahan
sebab bagi kita ketiadaan hanya ada dibatas almanak
bukan benak

maka setiap kali angin menguapkan rangkai itu
kita tahu begitu saja
ia cuma kan hilang sejenak
untuk kemudian menggumpal di samping matahari
menunggu waktu yang tepat jatuh kembali
membutir banyak
dan menjadi


indah ip
s’pore, 13-16 dec 08



Tuesday, December 09, 2008

SURAT TERAKHIR
:pulung amoria kencana (bunga rumput liar/buruli)

suatu hari dalam pencarian panjang
kutemukan jejakmu

dalam rumah bersahaja di dusun cijapun
jauh dari polusi hidung, hati dan mata
juga dari pohon-pohon kaku kota yang batu dan baja

di sana tak ada hingar bingar selain kicau burung dan riuh capung merubung
hujan jatuh ditampung lumbung, sungai-sungai dan hutan lindung

angin terbang tak berpenghalang
anak-anak rambut di kening dan tengkukmu mencintainya seperti juga batang-batang padi, akar umbi dan kacang
ketika dibawanya kabar padaku
suratmu bercerita tentang pokok-pokok coklat yang belum besar dan belum berbuah
juga tentang domba-domba dan kambing-kambing yang gemar menyanyi setiap pagi

rupanya binar matamu menular di situ, 'ri
seorang anak dusun jadi murid yang kau harap kelak bertambah satu-satu
mendengarnya aku lantas mimpi melamarmu

jadi guru bagi anak-anakku

kuingin mereka belajar tentang senyum yang dipunyai wajahmu, tentang embun yang membarukan hatimu tiap pagi, tentang hati yang tak kenal sunyi, tentang pelosok tersembunyi kanak-kanak yang seperti cuma engkau pandai memasukinya

kuingin mereka belajar menari sepertimu, mengenal tulisan-tulisanmu, belajar pijar bagai kembang api kemerdekaan, berkedip-kedip bagai bintang di langit malam, melayang bagai burung di langit siang, belajar mengurai kata tak terikat dan terbelenggu aturan tak penting namun tetap punya rasa semanis gula-gula, sesegar peppermint favoritmu, pedas menggigit yang pas, indah yang luwes dan bebas

kemudian angin membawa surat berikut kemari
kubaca hatimu sedang merona di padang hijau
bibit-bibit itu sudah buktikan janjinya
sederet helianthus bermekaran tepat di hari jadimu
"..hadiah terindah pangeran cinta buatku, 'ndah!"
lalu mata kalian diceritakannya jelma matahari
nyala yang cuma bisa terbaca oleh orang-orang cemburu dan penuh rindu
di punggung kalian jelma sayap peri
terbang yang cuma bisa terlihat oleh orang-orang mencinta dan pujangga

dalam surat-suratmu, 'ri
kutahu kau membangun rumah belajar dan rumah buku
masih seperti dulu, kau selalu rindu berbagi, cita-citamu mengajak dusun sekitar cinta baca dan cinta ilmu

ketika racun miang membuatmu demam dan harus mengungsi suatu kali
masih seperti dulu, kau pilih tak mengeluh tapi cerita sambil geli, menertawakan dan memaklumkan kondisi, meyakinkan semua teratasi

baru kemarin rasanya
kau, aku, pelan-pelan berharap waktu berpihak
kita tumbuhkan lagi memori, sambungkan lagi tali, menabung puisi dan cerita hari untuk kelak ditabur dalam reuni
tapi kita lupa mimpi bisa diinterupsi
bukankah selalu ada yang tak pasti dan tak bisa dihindari?

masih ingin kubalas surat-suratmu selanjutnya, 'ri

ingin kupinta kau berjanji suatu hari betul-betul pertemukanku dengan kunang-kunang sehabis hujan yang keluar masuk bilik-bilik bambu!
bagaimana kabar ladang yang sedang tumbuh menuju seratus persen organik itu?
jadikah kau tanam kembali biji-biji helianthus baru yang sangat banyak untukku?
adakah asoka merah dan kumis kucing di sekitar tanahmu yang bisa dihisap dan dicicip ujung manisnya saat kembang seperti kenangan kanak-kanak itu?
dapatkah dari sana kau tangkap jelas wajah bulan, jupiter dan venus begitu rapat sebagai mata dan senyum mengembang di langit barat menjelang petang awal desember ini?
akankah kau coba mencari-cari dan berharap melihat geminids, puppid-velids dan hujan-hujan meteor lainnya untuk diceritakan pada langit kotaku yang tak sejernih langit dusunmu?
masihkah sering lengking batuk dan sesak mengunjungi dan mengguncang-guncang bahumu saat musim berganti seperti dulu?
masihkah kau simpan scrapbookmu, kliping berita dan tulisan yang pertama kali kau lihatkan dengan ceria kepadaku di pameran lukisan ketika pertama bertemu?
adakah jari-jari lincah itu merindu denting piano di ruang tamu dan petik gitar dalam cengkok dangdut pun lagu matahari terbenam yang sering kita nyanyikan bersahutan di rumah hantu juga ditengah peluncuran buku?
akankah kau ajak aku menyeruput kopi, makan indomi, memecah kulit kacang garing dan mengupas kuaci sambil menanam puisi seperti masa lalu jika sempat kusambangi kelak dusunmu ?

berlembar-lembar kutulis surat untuk kelak dikirim kepadamu, ri, bahkan sebelum kau sempat membalasnya
kuminta angin menyimpan dan menerbangkan satu-satu di sela waktu tapi tak sempat

beberapa minggu sebelum jum'at itu tanpa sengaja kudapati puisi buatmu dicuri pengecut
"aku tentu ingat puisi itu, 'ndah, dan sampai hari ini masih terharu membacanya!"
lalu kau kirim sekeranjang peluk dan senyum menenangkanku
kau ajak aku tak padam dan mampu berpikir lucu
"senyumlah sebab pencuri itu menggilainya sebegitu!"
tawa terakhir kita pupus ketika kau janji mengabari lagi
ponselmu sedang mati
rupanya kali itu kau turun gunung sebab demam berjangkit lagi

betapa tak pernah kubayangkan menunggu jadi momen yang kunikmati, 'ri
sampai minggu lalu tak nyana harus berhenti

aku sedang menunggu seperti biasa ketika angin datang dari selatan
sekonyong-konyong langit pudar dan tangkai-tangkai petir datang menyambar
kenapa ada yang memeluk pundakku memohon sabar?
"ia sudah sampai", lirihnya
saat itulah kutahu jalanmu tunai

kau berangkat tak menuju kemari
angin memintaku rela tak lagi menanti

entahlah kurasa ada yang patah
entahlah kurasa mataku tumpah

kau sudah sungguh merdeka, ri!
tak lagi kau perlu peta

hari itu aku tak hendak melawan
kubiarkan hujan berputar-putar mengepungku semalaman
sebab hanya dengan cara itu mampu kulembutkan hati lagi
sebab hanya dengan cara itu mampu kubujuk gemetar hebat ini berhenti



indah ip
KL, 5-10 des 2008, 1.10 am

-----
Selamat sampai menujuNya, sahabatku perempuan pengembara(5 desember 2008, 14.20 siang). Semoga kau dapatkan tempat terbaik disisiNya bersama ananda Pulung Cikal Radjam (akhir mei 2006) dan Pulung Ndayang Radjam (3 september 2007). Semoga juga kau jumpa teman-teman kita, mbak inong yang lembut dan akidyoti yang bijak.

Kami merindumu, 'Ri, kami mencintaimu dan merasa begitu kehilangan. Tapi kami ikhlas. Semoga ditaburkanNya hikmah dan dibukanya hati kami untuk mencerna semua yang tak mudah ini. Kami berdoa semua amal dan kebaikanmu diridhoiNya. Aku bersyukur satu setengah tahun lalu menyempatkan diri mengunjungimu dan Syam sekian jam sebelum berangkat ke perantauan. Kau sedang istirahat, mungkin tidur, tapi Syam berkeras membangunkanmu karena kunjunganku. Itu terahir kali kita bertemu di rumah hantu. Belum sempat kukenalkan pada bidadari-bidadari kami, 'Ri, kau selalu ada di hati.

Syam, aku masih ingat bagaimana Ria bercerita pertamakali tentang dirimu dulu. Matanya, hatinya, tulisan-tulisannya, begitu lepas dalam inspirasi. Aku bahagia mengetahui Ria bahagia. Kalian sepasang hati yang saling lengkapi. Bunga-bunga matahari (Helianthus) itu begitu indah. Semoga sabar dan tegar. Doa kami menyertai."

Friday, October 31, 2008

KERABU PUCUK PAKU BUAT OMA


mayang tipis bunga kantan
adalah puncak rahasia purba
jatuh senyummu berebutan
ke atas meja


indah ip
28 okt 08-11 okt 08


Catatan:
Kerabu pucuk paku (berbeda dengan gulai paku khas padang ya) adalah hidangan khas di Malaysia berupa sayur paku(pakis) yang pucuk-pucuk mudanya dicelur (diseduh) air mendidih kemudian digaulkan (dicampur) dengan tumbukan cabai, sedikit belacan (terasi),sedikit udang kering, bawang, kerisik(kelapa yang digongseng kering tanpa minyak hingga kecoklatan), terakhir disiram perasan limau nipis atau kesturi, mayang (iris) bawang besar dan sedikit bunga kantan(kecombrang).


WAJAH BULAN

pengemis kecil memicingkan mata
perutnya lapar, badannya kumal, kakinya penuh luka
di tepi selokan ia panjat mimpi
terbang ke bulan bersama peri
mengganti kawah kelinci dan nenek pemintal benang
dengan kerut wajah ibu dan senyum yang tak kunjung datang

indah ip
25 okt 08, 12.31 am

Wednesday, September 24, 2008

DUALIMA TAHUN, BESJI
:pantai besji, jayapura


dualima tahun beta tinggal besji
beta masih mimpi tiap hari
pi makan jagung pagi-pagi
pi kejar-kejar bulu babi
pi cari bintang laut mati
pi pegang ikan warnawarni
pi pungut umang-umang di kaki
pi bangun istana pasir di tepi

dualima tahun beta tinggal besji
beta masih rindu tiap senja
kitorang bonceng vespa papa
duduk di bawah pohon kelapa
temani ombak-pasir bercinta
dengar bisik angin di telinga
tunggu langit turun magenta
sebelum pulang ke peluk mama



indah ip
KL, 18 sept 08, 4.00 am

catatan:
pi = pigi = pergi
kitorang = kita orang



JAYAPURA 1


ada saat beta ingin melukis laut
yang kini jauhnya tra dibelah jurang melainkan negeri
terumbu hijaunya saat fajar kembang
pasir emasnya saat petang rembang
sampan-sampan lepas dengan tiang merobek langit
mercu suar sendiri dengan mata angkuhnya yang sepi
bintang-bintang jatuh tak cuma di wajahnya tapi juga lembah-lembah yang memeluknya

ada saat beta ingin melukis laut
meski mengingatnya mencipta damai sekaligus badai
rindu nikmat sekaligus nyeri

tra usah kasih beta obat pun penawar!
biar beta hadapi dengan berani dan sadar

rindu ini, jayapura
abadi


indah ip
KL, 22 sept 08, 1.30 pm

catatan:

tra= tara = tidak



JAYAPURA 2


dari teras bukit itu
waktu kecil dulu
pernah beta simpan lazuardi
angkasa biru
laut biru
pohon biru
gunung biru
lembah biru
gradasi serasi langit bumi
yang beta bawa-bawa pergi
dan kian hari
kian patri


indah ip
23 sept 08, 4.00 am

Wednesday, August 20, 2008

MERAH PUTIH DI DADAMU
:kira-ziya


kami tanam merahputih sejak benih
harap tumbuh besar dan mengakar kuat di dadamu
harumnya lekat di nafasmu
semangatnya didih dalam darahmu

kami tanam merahputih sejak benih
harap kau jaga dan cintai ia sepenuh waktu
sebagaimana ibu dan ayah menjaga dan mencintainya selalu
harap kau rindu dan kibarkan ia sepanjang hidupmu
sebagaimana ibu dan ayah merindu dan mengibarkannya juga selalu

kami tanam merahputih sejak benih, anakku
dalam-dalam di dadamu
di tempat mana tak sesiapapun bisa merenggutnya begitu saja tanpa perjuangan
di tempat paling jernih abadi
tempat sesungguhnya letak kemerdekaan sejati


indah ip
17 agustus 2008
01.00 am

Monday, February 25, 2008

AYAHANDA 3
: papa

rupanya hari sudah jingga

ke mana perginya pagi
begitu lekas ia lari

andai bisa kejar kembali
ingin kuulang segala dari mula lagi


indah ip
26 feb 08, 7.52 am

AYAHANDA 2
: papa

dadamu padang teramat luas

tempat ribu kupukupu lepas
ilalang tumbuh bebas
langit melengkung tak punya batas



indah ip
26 feb 08, 7.50 am


AYAHANDA 1
: papa

bahumu karang teramat kuat

tempat ombak pecah
badai patah
burungburung hilang menemu rumah

indah ip
26 feb 08, 7.46 am

Thursday, February 14, 2008

MENGAPA MASIH



dekat di ujung jari
dan aku purapura tak tahu

nyaring di daun telinga
dan aku purapura tak dengar

tampak di depan mata
dan aku purapura tak lihat

serumu. kutahu. selalu dan selalu sampai
mengapa
masih juga batu dan lalai

waktu. kutahu. sesingkat kelebat bayang
mengapa
masih juga lupa sembahyang

indah ip

14 feb 08, 8.26 am